FUNDAMENTAL GRAFOABANA
Segala puji bagi Allah Subhanahu wata'ala, dan sholawat serta salam senantiasa tercurahkan pada baginda kita Nabi Muhammad Subhanahu wata'ala. keluarga serta para sahabat-sahabatnya.
Allah Subhanahu wata'alaberfirman:
مَا أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللَّهِ وَمَا أَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِنْ نَفْسِكَ وَأَرْسَلْنَاكَ لِلنَّاسِ رَسُولًا وَكَفَى بِاللَّهِ شَهِيدًا
Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi. An-Nisa' (4): 79
Terimakasih sudah bersedia membaca risalah yang intinya mengajak sabar dan tekun dalam belajar dan berlatih menulis aksara Arab melalui sistim GRAFOABANA, selalu memulai latihan dengan melafalkan BASMALAH agar terjadi transformasi diri di bawah bimbingan wahyu ilahi.
Jika Anda merasakan manfaatnya, tentu itu datang dari Allah Subhanahu wata'ala. maka bersyukurlah dan tularkan pada keluarga, kawan, kerabat dan sahabat dekat.
Semarang, 11/11/2022
MUQODDIMAH
Risalah ringkas ini merupakan pelengkap dari buku teknis GRAFOABANA yang telah kami susun, dengan harapan dapat memberikan inspirasi agar tetap semangat untuk terus berlatih sampai aktifitas menulis aksara Arab menajadi kebiasaan yang positif dalam membentuk karakter Ibadurrahman, sebab sejatinya tulisan tangan adalah tulisan otak. GRAFOABANA dimaksudkan untuk melatih saraf-saraf otak melalui latihan intensif menulis Al Fatihah.
Meskipun hanya berlatih menulis Al Fatihah saja, namun jika dikerjakan secara tekun dalam kurun waktu tertentu (minimal 6 bulan) insyaAllah kedisiplinan diri semakin baik, kesehatan fisik semakin pulih serta mendapatkan barokah dari Ummul-kitab (induknya Al Qur’an).
Bagi yang sungguh-sungguh tidak ada hal berarti yang dapat menghalangi meraih cita-cita, من جد و جد “siapa yang bersungguh-sungguh niscaya dia akan mendapatkan apa yang dicitakan.”
Namun realita di lapangan seperti jauh panggang dari api, banyak yang menyerah diawal dari pada yang tangguh merampungkan tantangan hingga akhir padahal semangat di awal pelaksanaan suatu program transformasi diri ini merupakan prasyarat mutlak untuk menggapai hasil yang maksimal, seperti disebutkan dalam kalam hikmah berikut:
من لم تكن له بداية محرقة لم تكن له نهاية مشرقة
Dari kalam di atas dapat diambil pelajaran bahwa, barang siapa yang semangatnya tidak menggebu di awal, niscaya tidak dapat bersinar cemerlang seperti yang diharapkan di akhir sesi latihan, jadi pastikan semangat membara sedari awal.
Semoga risalah ringkas ini dapat membantu Anda dalam menjaga semangat untuk terus berlatih dalam kerangka GRAFOABANA.
Menyadari Panjang dan Terjalnya Perjalanan
Sahabat pemelajar yang berbahagia, mengingat dan menyadari akan jauh serta panjangnya perjalanan merupakan strategi agar kita dapat bersiap sedari awal, jangan sampai di tengah jalan kita balik arah. Sayang waktu dan tenaganya, bahkan mungkin rugi materi maupun non materi.
Target output dari GRAFOABANA adalah dapat menulis Al Fatihah dengan baik, benar dan rapi yang dilatih selama minimal 3 pekan. Tentu tidak sekedar latihan menulis, tapi menulis dengan penuh kesiapan diri untuk bertransformasi, latihan menulis dengan khusuk dan tumakninah.
Oleh karenanya latihan ini harus dilakukan jika ingin mendapatkan hasil yang maksimal. Tanpa adanya tekad yang kuat, rasanya akan berat jika harus menyisihkan waktu, apa lagi kondisi kegiatan dan aktifitas seharian padat.
Masalahnya bukan bisa atau tidak bisa, namun lebih ke faktor internal kita yaitu mau atau tidak menyempatkan diri dan berbagi waktu berlatih.
Simak pepatah hikmah berikut:
من عرف بعد السفر استعد
“Barang siapa yang menyadari jauhnya perjalanan, niscaya dia akan bersiap diri.”
Kemampuan menyadari akan jauhnya perjalanan dapat memberikan pemahaman pentingnya menyiapkan bekal. Kita bisa belajar dari para traveler, mereka akan menyiapkan bekal sesuai dengan jarak tempuh dan durasi waktunya. jika hanya sehari atau dua hari perjalanan tentu persiapan dan perbekalannya tidak sebanyak ketika pergi selama dua atau tiga bulan.
Menguak Sumber Energi Dalam Diri
Praktik GRAFOABANA yang berorientasi mentrasnformasi diri menuju insan kamil dengan sifat karakternya yang berintegrias, responsible, optimis dan humility tidak bisa hanya dalam waktu yang singkat.
Minimal kita berlatih secara sungguh-sungguh selama 3 pekan tanpa jeda, oleh karenanya penting sekali menyediakan sumber energi yang cukup agar memastikan latihanya dapat dikerjakan dengan tuntas.
Ibarat kendaraan yang menempuh perjalanan cukup jauh, pengemudi perlu memastikan ketersediaan bahan bakar dan tahu di mana harus mengisinya lagi ketika sudah habis.
Atau analogi lainnya seperti spidol, kalau habis tintanya yang perlu diisi bukan? nah sekarang bagaimana kita mengenali keberadaan sumber daya itu, jika bensin di motor habis kita sudah mafhum akan mencari pombensin, kalau diri yang lagi turun dan drop motivasi ke mana harus mencari deposit motivasi itu?
Memastikan keberadaan sumber energi mana yang dapat diandalkan adalah penting, agar kita dapat menambah daya semangat dan juang kita. Jawabanya ada dalam Energy BASMALAH yang terangkum pada Titik Ba’nya yang secara fitrah sudah Allah Subhanahu wata'ala. anugrahkan potensinya dalam diri setiap insan. Sadari keberadaanya, terima wujudnya dan izinkan dia bekerja sesuai titah Sang Ilahi untuk membimbing diri kita masing-masing yang fakir dan lemah ini.
Aktualisasi Energi Titik Ba
Perlunya menyadari dan mengetahui dimana keberadaanya sumber itu adalah agar kita dapat menempuhnya. Dengan kesadaran dan keyakinan, perjalanan menuju sumber energy terdalam akan dapat tercapai.
Kedalaman Titik Ba ada pada rahasia yang terkandung di dalamnya, mari simak apa yang diceritakan dari salah satu kitab tentang luasnya makna yang terkandung di dalam Titik Ba’. Menurut riwayat dari A-Hafiz ibn Sulaiman ibn Ibrahim al-Qunduzy, sesungguhnya seluruh rahasia kitab-kitab samawi tersimpul di dalam Alquran. Rahasia keseluruhan Alquran tersimpul di dalam surah al-Fatihah, dan rahasia keseluruhan surah al-Fatihah tersimpul di dalam basmalah, dan rahasia basmalah terletak pada sebuah titik di bawah huruf ba di awal kalimat.
Prof. Nasruddin Umar menjelaskan lebih lanjut bahwa dalam kitab tafsir Isyari, penciptaan alam raya dihubungkan dengan sumpah pertama Allah dalam Alquran, yaitu Nun wa al-Qalam wa ma yasthurun (Demi Pena dan apa yang dituliskannya). Di antara mereka ada yang memahami secara semiotik bahwa nun adalah botol tinta, dan al-qalam adalah pena penciptaan.
Huruf pertama yang ditulis pena itu ialah satu titik yang kemudian disimbolkan di bawah huruf Ba’ pa da lafaz bi ism Allah. Titik itu menjadi starting point terhadap tulisan pena itu. "Tidak gugur sehelai daun melainkan sudah tercatat di dalam Lauh Mahfuz".
Titik Ba’ dan Basmalah
Titik Ba dalam konteks Al Qur’an merupakan bagian keutuhan tak terpisahkan dari kalimat basmalah. Saking pentingnya basmalah ini Rosulullah Saw bersabda: Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
كُلُّ أَمْرٍ ذِيْ بَالٍ لاَ يُبْدَأُ فِيْهِ بِـ : بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ فَهُوَ أَبْتَرُ
“Setiap perkara penting yang tidak dimulai dengan ‘bismillahirrahmanir rahiim’, amalan tersebut terputus berkahnya.” (HR. Al-Khatib)
Imam besar masjid Istiqlal Prof. Nasarudin Umar menjelaskan bahwa rahasia keseluruhan Alquran tersimpul dalam surah al-Fatihah dan rahasia keseluruhan surah al-Fatihah tersimpul di dalam basmalah, dan rahasia basmalah terletak pada sebuah titik di bawah huruf Ba di awal kalimat.
Salah satu riwayat yang mengungkapkan hal ini ialah dari al-Qundun al-Hanafiy: Ketahuilah sesungguhnya keseluruhan rahasia kitab-kitab suci samawi terdapat di dalam Alquran, dan rahasia Alquran terletak di dalam surah al-Fatihah, rahasia surah al-Fatihah terletak di dalam basmalah, rahasia basmalah terletak pada huruf Ba, dan rahasia huruf Ba terletak pada titik di bawah Ba.
Berangkat dari semangat ketauhidan, Ahmad Thoha Faz alumnus Teknik Industri ITB menjabarkan Paradigma Titik Ba dalam bukunya yang juga berjudul Titik Ba. Buku yang mendapat komentar dari Rektor ITB era 2005-2010 Prof Djoko Santoso sebagai gagasan yang impresif dan mencoba membahas sains dan teknologi dalam keterhubungan antara Tuhan, manusia dan alam.
Prof. Nasarudin Umar juga menegaskan bahwa gagasan Titik Ba yang diusung Ahmad Thoha Faz berfokus pada pertemuan pendapat termasuk pertemuan antara agama dan sains. Statemen ini mengingatkan kita akan prinsip kesimbangan spiritual, moral, intelektual dan keterampilan yang telah lama diajarkan dan dilakukan oleh segenap keluarga besar PPMI Assalaam.
Titik Ba menyadarkan bahwa segala-galanya adalah satu dan tidak mungkin saling kontradiksi, sebab berasal dari Tuhan yang satu. Itulah Tauhid! Selanjutnya bagaimana tauhid menjadi kekuatan yang mahadahsyat, bukan disalahgunakan untuk merusak kemanusiaan. Demikian komentar Prof Nasarudin Umar akan gagasan Titik Ba yang diusung oleh Ahmad Thoha Faz.
Makna Titik Ba
Berkata sahabat Ali bin Abu Thalib: “Aku adalah titik di bawah huruf ba pada basmalah”
Pada bagian akhir buku Titik Ba, penulis membabar secara khusus apa maknan dari titik, untuk keperluan praktis dan aplikatif dipinjamlah kata titik dari term matematika untuk mendekati makna titik yang dimaksud pada farasa Titik Ba.
Dalam bidang ilmu matematika, konsep titik termasuk dalam kategori minimum definition atau undefined object. Adakah yang lebih minimum dari titik? Oleh karenanya titik adalah sebuah symbol yang bersifat aksiomatik, artinya sesuatu yang tidak dapat didefinisikan dan diterangkan dengan cara apa pun, cukup diterima saja sebagai sesuatu yang bisa dipahami.
Titik merupakan sesuatu yang berposisi tapi tanpa substansi / dimensi. Titik merupakan komponen yang harus ada dan eksistensinya bergantung pada eksistensi lain. Bila tidak ada eksistensi lain, ia tidak memiliki posisi dan substansi apa pun. Manusia juga demikian, tanpa adanya kesadaran tauhid “laa ilaaha illallah” maka eksistensi sejatinya akan tercerabut dari sumber kehidupan abadi.
Secara simbolik, hubungan kesadaran kita dengan Tuhan adalah ibarat Titik Ba pada pangkal basmalah. Kesadaran yang tidak dilandaskan pada kesadran Ilahi – titik ba yang tidak mejadi bagian dari basmalah – adalah ibarat setitik biji yang tidak ditanam, atau ditanam di atas medium yang tidak tepat. Inilah penjelasan lain dari makna bahwa setiap urusan yang tidak dimulai dengan kesadaran basmalah, maka terputus atau sia-sia.
Berikut adalah model gambaran paradigma Titik Ba dalam gambar agar mudah diikat:
Dari gambar di atas dapat dijelaskan bahwa paradigm Titik Ba mengenalkan adanya 3 kategorisasi objek, subjek dan suprasubjek di mana objek adalah apa-apa yang ada di luar diri; yakni dunia. Kemudian yang kedua adalah diri, tempat segala kebebasan diberikan sekaligus adanya beban tanggung jawab sebagai konsekwensi dari kebebasan memilih tersebut. Dan yang ketiga adalah suprasubjek; merupakan suara Tuhan atau suara hati yang keberadaanya lebih dalam dari diri.
Inspirasi dari trilogy kategorisasi simbol di atas adalah ayat berikut, dimana simbol-simbol tersebut merupakan simbol primer, yang bersumber langsung dari Sang Pencipta, sementara tulisan, bahasa dan selain simbol primer tersebut yang digubah oleh manusia dinamakan simbol sekunder:
سَنُرِيهِمْ آيَاتِنَا فِي الْآفَاقِ وَفِي أَنْفُسِهِمْ حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُ الْحَقُّ أَوَلَمْ يَكْفِ بِرَبِّكَ أَنَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ
Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu? Fushshilat (41): 53
Penjelasan dari ayat tersebut adalah :
- فِي الْآفَاقِ : Dunia (simbol 3)
- وَفِي أَنْفُسِهِمْ : Diri (simbol 2)
- أَنَّهُ الْحَقُّ : Al-Qur’an (simbol 1)
1. Penjelasan Al Qur’an pada diri sebagai simbol pertama:
بَلْ هُوَ آيَاتٌ بَيِّنَاتٌ فِي صُدُورِ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ وَمَا يَجْحَدُ بِآيَاتِنَا إِلَّا الظَّالِمُونَ
Sebenarnya, Al Quran itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zalim. Al-'Ankabut (29): 49
Dalam diri manusia telah Allah tanamkan potensi untuk menangkap suara kebenaran yang ada pada diri manusia, mendengar panggilan ilahi merupakan fitrah penciptaan manusia. Agar fitrah ini tetap terjaga Allah mengutus Rasul untuk menjelaskan dengan gamblang tujuan utama diciptakanya manusia tiada lain adalah untuk menghamba pada-Nya, sebagai Abdullah.
Dan Al Qur’an merupakan cahaya penerang agar setiap upaya yang dilakukan manusia selalu bersumber dan berangkat dari titik asal manusia diciptakan yaitu Allah Subhanahu wata'ala. Maka dalam aktifitas sehari-hari AlQur’an hadir untuk menjadi petunjuk bagi pembacanya, ini yang utama. Bukan semata-mata untuk menjastifikasi perilaku orang lain. Kehadiran AlQur’an sebagai petunjuk sekaligus sebagai penjaga agar fitrah manusia tidak tercemar oleh polusi kehidupan duniawi, agar manusia tidak silau akan gemerlapnya materi sehingga lupa diri sebagai hamba Allah Subhanahu wata'ala.
2. Penjelasan diri manusia simbol ke-dua:
وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا - فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا
Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Asy-Syams (91): 7 - 8
Dengan segala hal potensi yang telah Allah Subhanahu wata'ala. Tanamkan dalam fitrah penciptaan manusia, ayat di atas menekankan pada keistimewaan manusia yang memiliki kebebasan memilih. Ini adalah fase dimana manusia dengan bekal yang telah Allah Subhanahu wata'ala Titipkan bersiap untuk dapat mengemban amanah selanjutnya yaitu sebagai wakil dari Allah Subhanahu wata'ala.. di muka bumi ini sebagai kholifatullah. Yang diharapkan dapat membawa kemakmuran dan keadilan untuk semua makhluk hidup di muka bumi ini baik dari hewan, tumbuhan serta semua sumberdaya alamnya.
Di balik keistimewaan manusia yang memiliki kebebasan memilih (potensi fujur dan taqwa) selalu diiringi dengan tanggung jawabnya. Oleh karenanya manunsia senantiasa perlu menumbuhkan kesadaran untuk selalu terhubung dengan Allah Subhanahu wata'ala agar mendapatkan bimbingan dan penjagaan dari perilaku yang merugikan baik di dunia maupun di akhirat.
3. Penjelasan dunia sebagai simbol ke-tiga:
لَوْ كَانَ فِيهِمَا آلِهَةٌ إِلَّا اللَّهُ لَفَسَدَتَا فَسُبْحَانَ اللَّهِ رَبِّ الْعَرْشِ عَمَّا يَصِفُونَ
Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai 'Arsy daripada apa yang mereka sifatkan. Al-Anbiya' (21): 22
Dalam konteks Titik Ba dunia sebagai simbol ke-tiga dimaksudkan sebagai ladang untuk mengaktualisasikan potensi fitrah yang sudah Allah Subhanahu wata'ala tanamkan pada diri manusia. Ibarat bibit, dengan melakukan fungsinya sebagai kholifatullah manusia di bumi dapat menjadi saksi ketauhidan dan ke-Maha Esaan Allah Subhanahu wata'ala, karena sekiranya langit dan bumi ini di atur oleh selain Allah Subhanahu wata'ala tentu akan rusak binasa.
Segala aktifitas memakmurkan bumi dan mensejahterakaan kehidupan di semua dimensi kehidupan dari ranah pribadi hingga masyarakat bernegara akan semakin menunjukkan Maha Agungnya Allah Subhanahu wata'ala dan menundukkan manusia dari bersikap sombong dan merasa tinggi hati dibandingkan dengan yang lainnya.
Kemajuan teknologi selalu diiringi dengan ketawadu’an, bukan malah sebaliknya seperti yang terjadi saat ini dimana jurang kesejahteraan makin lebar, distribusi kekayaan yang tidak merata dimana yang kaya makin kaya dan yang miskin makin terpuruk.
PENUTUP
Akhirnya kita sampai juga di sesi penutup dari penjelasan risalah singkat tentang FUNDAMENTAL GRAFOABANA, kalau diteliti lagi intinya ebook ini adalah menyadari dan menerima energi Basmalah agar mendapatkan berkah istiqomah dalam berlatih menulis Ummul-Kitab (Al Fatihah) dengan tekun.
Sekiranya Anda tertarik dan ada kelonggaran waktu dan serta dana boleh langsung pesan bukunya, melalui sahabat yang memberikan Anda informasi ini, sekali lagi terimakasih atas perhatihan dan waktunya. sampai jumpa lagi di lain kesempatan.
BUKU GRAFOABANA